
Perjuangan abah ahmad mengais rezeki dari permen gulali
terkumpul dari target Rp 25.000.000
Di usia 72 tahun, seharusnya Abah Ahmad bisa beristirahat dengan tenang. Tapi, kenyataannya jauh dari itu. Setiap hari, beliau harus jalan kaki 10 kilometer sambil mendorong sepeda tuanya yang sudah rusak, berkeliling menjajakan gulali buatannya.

Harga gulalinya Rp2.000 per biji, tapi keuntungan yang didapat tidaklah seberapa, cuma 800 perak per permen. Panas ke panasan, hujan abah kehujanan, ga jarang juga kakek pulang engga bawa keuntungan, kalaupun untung ya untuk modal dagang selanjutnya.

“Darimana lagi saya bisa bayar kamar kosan ya kalau bukan dari dagang gulali,” kata abah dengan suara lirih. Abah Ahmad tinggal sendiri di kontrakan kecil yang bahkan tidak ada kamar mandinya, seharga Rp400 ribu per bulan. Buat makan aja udah pas-pasan, apalagi buat bayar sewa kamar.

Istri abah sudah wafat, anak abah sdh berkeluarga dan merantau dengan nasib yang sama pas2an nya. Abah memilih untuk hidup mandiri tidak mau merepotkan siapapun di sisa hidupnya.
Di usia segini, Abah Ahmad sebenarnya cuma ingin hidup lebih layak, nggak muluk-muluk—cukup bisa makan dan tidur tanpa harus terus kepikiran besok bakal makan apa atau gimana bayar kontrakan.
#SahabatBahagia, di usia tuanya, Abah Ahmad masih berjualan untuk hidup. Yuk kita sama-sama bantu ringankan beban Abah Ahmad agar bisa makan dan hidup dengan layak.
Kamu juga bisa share galang dana ini, agar semakin banyak do’a dan dukungan untuk Abah Ahmad
Perjuangan abah ahmad mengais rezeki dari permen gulali
terkumpul dari target Rp 25.000.000
