
Pilu, Bantu Abah Nana Penjual Kopi Keliling Tetap Berdaya
terkumpul dari target Rp 50.000.000
"Kopi-kopi.. Bade kopi na pak?.." Ujar seorang lansia yang selalu menawarkan kopi ketika ada yang berjalan di depan nya.
Perkenalkan lansia ini bernama Abah Nana (69 thn). Meski sekarang beliau hidup sebatang kara, semangatnya untuk terus bekerja tak pernah padam. Setiap pagi, ia selalu bangun lebih awal untuk menyiapkan kopi dagangan nya. Bagi beliau, berjualan kopi bukan hanya sekadar mencari nafkah, tapi juga cara untuk tetap produktif dan berinteraksi dengan orang lain.
Sudah bertahun-tahun Abah Nana bergelut dengan dunia kopi. Dulu, saat masih muda, ia memiliki keluarga yang bahagia. Namun, takdir berkata lain, sudah sejak lama beliau bercerai dengan istri, dan anak-anaknya sudah pada berkeluarga sehingga sudah sibuk dengan keluarga nya masing-masing. Sejak saat itu, Pak Nana hidup sebatang kara.
Setiap hari nya berjualan di taman alun-alun, tak hanya sekadar berjualan kopi, tapi juga menjadi sahabat bagi para pelanggannya. Terkadang ada anak yatim jalanan yang selalu mengikuti nya dan membantu Abah jualan disana, Abah pun merasa terbantu dan hasil penjualan abah berikan ke anak tersebut untuk membeli makan.
Pendapatan dari berjualan kopi tidak menentu, bisa dapat 20-50 ribu sehari, tergantung dari banyaknya pembeli. Tentu pendapatan segitu hanya untuk membeli makan sehari-hari saja. Belum dengan harus membayar kontrakan dan kebutuhan lain nya.
Sebelum mengontrak, Abah pernah tinggal di mesjid sekitar sana selama setahun lebih, namun sekarang sudah tidak bisa lagi, terpaksa Abah harus mencari kontrakan untuk tempat beristirahat nya.
Selama tinggal di masjid, Abah tidur di halaman, angin dingin terus menemani nya ketika malam. Sempat pada saat tertidur ada yang mengambil termos dan kopi jualan nya, beliau pun kaget dan sempat kebingungan dan tidak bisa jualan lagi. Namun waktu itu ada orang baik yang membantu Abah, sehingga bisa berjualan lagi.
Meskipun hidup sederhana, Abah Nana selalu bersyukur. Baginya, setiap senyum pelanggan adalah rezeki yang tak ternilai. Namun, di balik senyumnya yang ramah, tersimpan juga kesedihan yang mendalam.
Terkadang, di tengah malam, ia seringkali terbangun dari tidur karena memikirkan masa lalunya. Rindu akan keluarga yang telah tiada membuatnya merasa kesepian. Anak-anak nya yang tak kunjung datang membuat beliau merasa sedih, ingin sekali bertemu dengan cucu-cucu nya.
Usia yang semakin tua membuat tubuh Pak Nana tak sekuat dulu. Sakit-sakit ringan seringkali menyiksanya, untuk berjalan pun sudah harus dengan bantuan tongkat. Pernah suatu hari tiba-tiba terjatuh sampai air termosnya tumpah saat berjalan, beruntung ada orang yang menolong.
Abah tak pernah mengeluh, baginya selama masih bisa bernafas dan beraktivitas, ia akan terus berjualan kopi.
Harapan Abah hanya ingin mempunyai modal usaha agar bisa mempunyai tempat berjualan dan tempat tinggal yang layak, serta membayar biaya kontrakan yang sekarang, karena sudah lama belum terbayar.
Sahabat Kebaikan. Kisah Abah Nana mengajarkan kita tentang pentingnya bersyukur atas nikmat yang telah diberikan, serta saling membantu sesama. Meskipun hidup penuh dengan cobaan, semangat dan kegigihan akan selalu membawa kita pada kebaikan. Mari kita bantu Abah Nana agar bisa menikmati masa tuanya dengan layak. Donasi Anda akan sangat berarti untuk meringankan bebannya.
Disclaimer: Donasi yang terkumpul akan di gunakan untuk modal usaha dan memenuhi segala kebutuhan Abah Nana. Selain itu, akan digunakan untuk implementasi program dan para penerima manfaat lainnya di bawah naungan Yayasan Global Sedekah Movement.
Pilu, Bantu Abah Nana Penjual Kopi Keliling Tetap Berdaya
terkumpul dari target Rp 50.000.000