
Usia yang terus menua tapi harus tetap bertahan hidup di perantauan tanpa ada belas kasih dari siapapun. Berjuang keras hanya demi sesuap nasi, perih perut menahan lapar tak sebanding dengan perihnya kehidupan, diacuhkan keluarga hingga dirampas harta satu-satunya mereka alami dijalanan.
Persis kisah Abah Mul (65) diterlantarkan sang anak, kini banting tulang jual balon demi bisa makan. Balonnya sering gak laku 3 hari ia gak bisa makan, sebatas air putih untuk menahan lapar. Belum lagi tabungan satu-satunya di rampok saat ia tidur dijalanan, tak ada rumah hanya pindah dari ruko ke ruko. Tubuh Abah Mul terus menggigil hingga muntah darah.
Tubuh yang ringkih tapi harus bertahan memikul beban puluhan kilo keliling mencari rongsok. Abah Acu usia 67thn hanya bisa mendapat 2rb dari hasil rongsoknya, tak cukup untuk makan, makanya Abah sering nahan lapar. Badannya yang sudah tak kuat membawa beban berat bikin Abah sampe oleng, bahkan Abah sering keserempet kendaraan dijalan. Kaki Abah jadi bengkok, bikin Abah susah berjalan.
Abah Ipin hidup 100th tapi tak menjamin hidupnya bahagia. Sendirian di gubuk yang penuh lubang bahkan hampir roboh. Dimasa tuanya tak merasakan hidup layak, tidur diatas kayu keras berselimutkan sarung satu-satunya. Mirisnya keadaan matanya makin parah, tak bisa melihat tongkatnyalah yang menemaninya berjalan. Sudah tak mampu bekerja berdiam digubuk menunggu bantuan yang bisa memberinya makan, jika tidak ada yang memberinya makan iya hanya bisa meringkuk manahan lapar diatas kayu gubuknya.
Dihipnotis hingga kehilangan semua harta bendanya, Abah Dedi (70) bertahan hidup merantau sendirian mejual kopi yang tak kunjung laku, hingga akhirnya musibah melandanya. Ditinggal sang istri meninggal Abah Dedi diacuhkan anak angkatnya, hingga ia harus tidur di pom karna tak lagi punya tempat tinggal.
Hidup dijalanan hingga ditabrak lari Geng Motor. Mak Apong lansia 70th janda sebatangkara puluhan tahun hidup dijalanan, naas setelah tertabrak kakinya harus pincang. Upah 4.000 dari jual tisu tak cukup untuk makan apalagi mengobati patah kakinya. Tak ada tempat tinggal Mak Apong bertahan hidup di pinggir jalan berbekal sarung peninggalan almarhum suaminya
Sahabat, di bulan Ramadhan ini beban para lansia sebarang kara itu akan semakin terasa berat. Dimana mereka hidup sendirian tanpa keluarga tanpa kasih sayang. Apa kita tega melihat tiap hari di bulan suci ini membiarkan mereka kelaparan tak bisa sahur dan tak bisa merasakan manisnya kurma saat berbuka puasa?
Yuk, jadikan 5.000 mu bermanfaat untuk membantu mereka bertahan hidup. Dan jadikan 5.000 mu sebagai penyelamat di syurganya Allah SWT.
1. Klik Tombol “DONASI SEKARANG”;
2. Masukkan nominal donasinya;
3. Pilih bank (GO-PAY/BNI/BNI Syari’ah/Mandiri/BCA/BRI/Kartu Kredit);
4. Dapatkan laporan via e-mail;


Istiqomah Sedekah
terkumpul dari target Rp 100.000.000