Di tengah keramaian sebuah taman di Bandung, Abah Amir, seorang Lansia berusia 70 tahun, setiap hari berjualan mie lidi. Dengan menggunakan kotak kontainer sebagai lapaknya, ia menawarkan dagangannya kepada para pengunjung taman. Kondisi fisiknya yang lemah membuatnya tidak mampu berjalan jauh, sehingga ia memilih menetap di satu tempat untuk berjualan. Setiap kali berjalan lama, Abah sering merasakan linu pada kakinya, yang membatasi aktivitasnya

Abah Amir mulai berjualan sejak pukul 6 pagi hingga sore hari, menunggu pembeli yang datang menghampirinya. Mie lidi yang dijualnya merupakan milik orang lain. Ia membawa bahan mentah dan memasaknya sendiri di tempat. Jualan Abah ini Milik orang lain, maka bagi hasil dari pendapatannya tidak seberapa, rata-rata hanya sekitar 20 ribu rupiah per hari. Untuk memenuhi kebutuhan makan, Abah seringkali hanya mampu membeli mie instan dan nasi seharga 5 ribu rupiah di warteg terdekat

Saat ini, Abah tinggal sendirian di sebuah kontrakan dengan biaya sewa 500 ribu rupiah per bulan. Keterbatasan ekonomi membuatnya kesulitan membayar sewa, bahkan pernah hampir diusir karena menunggak pembayaran. Dalam kondisi seperti itu, Abah hanya bisa mengandalkan mie instan dan nasi sebagai makanan sehari-hari

Sebelumnya, Abah Amir memiliki keluarga di kampung halamannya. Namun, ketika ia pulang, keluarganya tidak mengakui keberadaannya, sehingga ia memilih untuk tinggal di Bandung dan mencari nafkah sendiri. Tanpa ada yang bisa diandalkan, Abah terus berjuang untuk bertahan hidup dengan berjualan mie lidi meskipun dengan segala keterbatasan yang dimilikinya

Kisah Abah Amir mengajarkan kita tentang ketegaran dan semangat pantang menyerah dalam menghadapi kesulitan hidup. Meskipun berada dalam kondisi yang serba kekurangan, ia tetap berusaha mencari nafkah dengan cara yang halal. #TemanBerbagi sudah sepatutnya kita memberikan bantuan dan dukungan kepada Abah Amir agar ia dapat memiliki usaha sendiri dan memperoleh penghasilan yang lebih layak