Kisah penuh haru ini berangkat dari cerita hidup Nek Minah seorang penjual asongan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan dua cucunya, Dendi dan Adit. Kehidupan mereka sederhana namun penuh perjuangan. Nek Minah berjualan segala jenis minuman seperti kopi seduh, susu seduh, air mineral, dan rokok.

Namun, rokok tidak selalu tersedia di lapaknya karena modal untuk itu cukup besar. Kadang, Nek Minah berjualan sendirian, kadang bersama anaknya, namun sering kali ia hanya bisa mengandalkan diri sendiri.Bulan puasa adalah waktu yang paling berat bagi Nek Minah. Ia berjualan sejak jam 4 sore hingga malam hari, melayani orang yang baru saja berbuka puasa, hingga subuh untuk sahur. Meski tubuhnya mulai lelah, Nek Minah tak pernah mau menyerah. Jika masih banyak pembeli, ia akan terus bertahan. Jika tidak ada uang, tidak ada makanan untuk cucu-cucunya, Adit yang kelas 6 SD dan Dendi yang baru masuk TK.

Dendi, meski masih kecil, juga turut membantu meringankan beban neneknya dengan berjualan gorengan. Setiap hari, selepas pulang sekolah, Dendi berkeliling menjual gorengan yang dibuat oleh bibinya. Bala-bala, martabak telor, dan risol, semuanya dijual dengan harga Rp 5.000 untuk tiga buah. Meski kecil, Dendi sudah tahu betul betapa pentingnya kontribusinya bagi keluarga. Ia menjual gorengan dengan harapan bisa membantu neneknya untuk membeli makanan.

Ada masa-masa sulit ketika tempat jualan Nek Minah tertimpa pohon besar akibat hujan badai. Semua peralatan jualannya rusak, termasuk termos air, meja, dan plastik atap yang biasa melindungi lapaknya.

Di tengah perjuangan ini, Nek Minah tak pernah berhenti berpikir tentang masa depan cucu-cucunya. Dendi yang selalu mendampinginya, sering kali membantu neneknya dengan memberikan makanan yang ia terima dari orang lain.

Adit, cucunya yang bersekolah di SD, juga harus disiapkan untuk melanjutkan ke SMP. Namun, seragam sekolah mereka belum lengkap, dan Nek Minah selalu berusaha untuk mencarikan biaya meski terkadang harus mengorbankan banyak hal.

Di balik semua perjuangan ini, Nek Minah menyimpan kesedihan yang dalam. Suaminya sudah meninggal enam tahun lalu dalam sebuah kecelakaan di laut, terkena gas beracun saat bekerja. Kepergian suaminya menjadi kehilangan yang besar, namun Nek Minah tak pernah menunjukkan kesedihannya di depan cucu-cucunya. Ia tak ingin mereka tahu betapa berat beban hidup yang harus ia tanggung.

Dalam program Berhak Nyaman, ketika Sobat Berdampak ikut berpartisipasi didalamnya secara tidak langsung membantu banyak anak yatim dan lansia dhuafa hidup kesulitan. Mereka akan dapat merasakan pangan, pakaian dan perlengkapan ibadah yang layak. Dengan gerakan ini mereka bisa tersenyum bahagia atas kebaikan yang kita berikan. Sobat Berdampak, mari ulurkan kebaikan dalam campaign dan program Semua berhak nyaman. Kalian dapat berpartisipasi dengan menyebarkan campaign ini dan berdonasi dengan cara: 

1. Klik Tombol Donasi Sekarang
2. Masukkan nominal donasi
3. Pilih metode pembayaran (Go-Pay/ OVO/virtual account)
4. Dapatkan Laporan Via Email 

Beberapa informasi:

*Ayo Kita Peduli merupakan NGOs yang berdiri sejak 2023 dan berada di bawah naungan Ayo Berdampak Berdaya. Dengan tagline #BerdampakBerdaya kami berfokus pada masalah kemiskinan kelas sosial rentan perkotaan dan pedesaan melalui berbagai program dan campaign pemberdayaan untuk upaya peningkatan kesejahteraan. 

Contact and More Information:

Instagram: @ayokita.peduli

WhatsApp: +62 821-2908-8174

Email: ayoberdampakberdaya.id@gmail.com

*Page ini merupakan page Campaign Utama dan memilki turunan page Fundraiser sebagai medium penyebaran informasi dan penggalangan dana untuk para penerima manfaat. 

*Dalam membantu penyebaran informasi terkait program ini dan program turunannya dalam fitur "Fundraiser", kami melakukan kolaborasi dengan berbagai pihak mulai dari Media Partner, Organisasi, serta Publik Figur agar informasi mengenai program ini dapat tersebar luas dan menjangkau sebanyak-banyaknya orang untuk berkontribusi bersama.