Sudah jalan kaki sejauh 20 KM namun puluhan balon yang Mbah Tasripin pikul belum laku. Hari sudah mau sore, perut simbah sedari tadi keroncongan. Di usianya yang sudah 70an tahun kakek masih gigih berjualan mencari nafkah.

“Udah berhari-hari jualan tapi sepi yang beli Nak, sampai kadang balon mainannya kempes dan gak bisa dijual. Dari balon ini mbah berharap bisa beli makan buat istri yang sedang sakit”, tutur Mbah Tasripin.

Ingin sekali di hari-hari tua ini Mbah Tasripin lebih banyak beristirahat. Namun, sepasang kaki renta dan tubuh bungkuknya harus terus melangkah demi bisa makan. Tak mungkin kebutuhan tersebut terpenuhi begitu saja.

Panas terik matahari dan rasa lapar harus mbah tahan, kemudian bersiap-siap pulang ketika langit sudah mulai mendung agar tidak kehujanan. Begitulah rutinitas mbah setiap hari. Tak ada hari libur baginya.

Jika mbah tidak bekerja satu hari saja, bagaimana dengan nasib istrinya?

Istri Mbah Tasripin sakit sejak 5 tahun yang lalu belum pernah diperiksakan, hanya ditahan sakitnya selama ini. Sedetik pun mbah tidak pernah berhenti berjuang untuk kehidupannya dengan berjualan mainan balon.

“Balonnya..pak, bu, buat anak di rumah. Mari dibeli.”

Ucapan simbah berkali-kali untuk menawarkan dagangannya. Walaupun banyak penolakan orang tua untuk membelikan mainan, tidak menyurutkan semangat simbah untuk mencari rezeki.

Perjuangan Mbah Tasripin ia jalani dengan hati ikhlas. Setiap hari tepatnya sore hari setelah berjualan sambil memikirkan kebahagiaan pembeli, mbah terus membuat mainan anak-anak untuk dijual keliling kota.

Impian Mbah Tasripin tidak muluk-muluk, sederhana saja ia ingin berguna bagi orang lain. Lewat balon yang dirinya jual, ia berharap pembelinya bisa merasa senang.

 

#TemanBerbagi, Maukah patungan bersama untuk meringankan beban Mbah Tasripin ? Dengan sedikit menyisihkan rezeki yang kamu punya "KLIK DONASI SEKARANG"