
Setiap Hari 26 km Bersepeda Lansia ini Menjadi Porter
terkumpul dari target Rp 50.000.000
Gaji tak pasti, beban kerja luar biasa padahal usia sudah senja.
Stasiun kereta menjadi saksi perjuangan Pak Supardi/Pardi (60 tahun) hidup sebagai porter di Stasiun Bandung, mengayuh sepeda dari tempat tinggalnya dengan jarak tak kurang 26 KM pulang pergi memeras keringatnya bahkan sebelum memulai bekerja menjemput rezeki.
“boleh saya bawakan barang nya pa?.” Tanya Pak Pardi.
Kalimat sederhana pa Pardi dalam menjemput rezeki, kemudian menerima upah dari penumpang yang bersedia barangnya dibawakan dengan tarif yang tidak ia tentukan, hanya berharap kerelaan penumpang memberi besar atau kecil, yang harus pa pardi syukuri karena tak jarang dan lebih banyak penumpang menolak bahkan hanya dengan isyarat gelengan kepala saja.
Karena banyaknya porter, Pak Pardi mendapat giliran bekerja setiap 2 hari sekali dengan jam kerja 24 jam, maka untuk beristirahat meluruskan punggung Pak Pardi harus meminta izin khusus bermalam di masjid beralaskan kardus bekas yang ia dapat toko-toko di area stasiun bersama porter lain karena tidak memungkinkan untuk pulang pergi.
"Cari kerja susah pa, usia gini siapa yang terima? ya syukurin aja." ceritanya
“Kalo ada rizki bapa teh pingin sekali ternak ayam, ini ada 3 ekor klo butuh mau dijual, kalo banyak enak ngurusnya bisa fokus disini ngga jadi porter, cape! belum resiko kecelakaan pas pake sepeda.” lanjutnya
Dari kehidupan para porter kita bisa belajar bersyukur. Bagaimana mereka tetap sabar dan menjalani pekerjaannya demi menghidupi keluarga di rumah.
Yuk kita apresiasi perjuangan para porter dengan, klik DONASI SEKARANG

Setiap Hari 26 km Bersepeda Lansia ini Menjadi Porter
terkumpul dari target Rp 50.000.000