
Suami dan Anak wafat Mbah Jualan demi Sesuap Nasi
terkumpul dari target Rp 70.000.000
Di pinggir jalan itu, sambil menahan rasa lelah, Mbah sumartun (82 thn) dengan sabar menunggu ada yang membeli dagangan nya.
“Kacang, kacang, kacang. Dibeli kacangnya…”
Setiap hari hampir 10 kg kacang beliau gendong sambil mengelilingi dari desa ke desa lainnya dengan berjalan kaki kurang lebih sejauh 10 km.
Tak ayal tubuh rentannya semakin rendah menahan beban dan panjangnya pun kian tertatih.
Tapi Mbah bertekad tak ingin dikalahkan oleh keadaan dan harus tetap berusaha.
“Saya harus tetap berusaha dan hati-hati kalau berjualan. Semua ini saya lakukan agar bisa tetap makan," ucap Mbah dengan penuh sabar.
Di usia senja yang harusnya ia nikmati dengan beristirahat, Mbah sumartun justru harus hidup sebatang kara.
10 tahun yang lalu sang Suami meninggal dunia akibat sakit asma dan setahun berselang sang anak juga meninggal dunia.
Terpaksa hingga saat ini Mbah sumartun harus berjuang sendiri demi sesuap nasi sendirian.
Mbah ingin sekali bisa mempunyai gerobak untuk memudahkan dirinya berjualan kacang, namun apa daya hasil penjualan kacang masih belum cukup.
"Mbah pengen punya gerobak supaya ndak usah gendong kacang lagi. Badan Mbah udah capek."
Satu cup kacang Mbah jual Rp 5000. Untuk setiap bungkusnya, Mbah hanya mengambil untung Rp 1000 perak saja.
Suka duka berdagang kacang sudah ia lewati dengan ikhlas. Mbah Sumartun senantiasa beribadah dan berdoa agar selalu diberi keselamatan dan rezeki agar beliau dapat memenuhi kebutuhan sendiri.
“Saya berusaha untuk tetap ikhlas dan sabar, nak. Saya tahu bahwa semua ini sudah ditakdirkan oleh Allah. Rejeki ini juga milik Allah dan saya diberi Allah. Yakin Allah tidak tidur dan akan memberi yang lebih baik nanti, kalau ndak di dunia, mungkin di akhirat,” tutupnya .

Suami dan Anak wafat Mbah Jualan demi Sesuap Nasi
terkumpul dari target Rp 70.000.000