“Harapan Natal saya, dalam Kasih Tuhan memberkati mendiang suami saya dipangkuan-Nya, dan menjaga anak saya yang sekarang entah dimana dalam keselamatan dan Cinta-Nya” doa mak untuk keluarga tercinta.

 

Tjie Giok Soan Nio (76 tahun) akrab dipanggil Mak Lani, sehari-hari berjualan bubur kacang dan sop buah dengan kondisi mata yang agak buram karena masalah mata. Mak punya riwayat katarak dan sudah menjalani operasi ditambah karena faktor usia kini penglihatan mak sangat terbatas dan mak masih diharuskan kontrol berkala perihal kondisi matanya “kalo yang jauh ngga keliatan yang dekat juga nggak jelas, agak repot sih kalo ngeladangin atau terima uang.” terang mak

 

 

Kini mak hidup sebatang kara setelah Tuhan memanggil sang suami ke pangkuannya dan sang anak izin pamit bekerja diluar pulau namun kini tak ada kabar bahkan dari teman-teman anaknya. Dengan berjualan mak berjuang untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari. tangan keriputnya dengan cekatan mengolah bahan dagangan setiap malam dan pagi hari sebelum jualan.

 

 

Dengan punggung bungkuk nya mak mendorong sendiri meja yang menjadi tatakan jualannya menyambut pembeli yang tertarik dengan jualan mak. Jika sedang sepi mak hanya bisa berharap dan mengisi dengan panjatan doa di bawah terik matahari yang membakar kulit keriputnya agar diberkati dengan larisnya dagangannya. Tak besar untung yang mak ambil “dipotong belanja modal paling untung bersih 10 sampai 20rb sehari.”

 

 

Mak Lani berjualan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, namun dengan modal sedanya masih banyak kekurangan yang Mak Lani butuhkan mulai dari peralatan dan bahan, dengan keteguhan hati berharap berkat Tuhan mak tetap berjualan setiap hari kecuali sabtu dan minggu yang merupakan hari ibadah baginya. Mak diantar jemput oleh salah satu jamaah yang juga merupakan orang yang pernah memberinya pekerjaan mengurus rumah, puji Tuhan mak masih dikelilingi orang baik.