Namanya Nek Ketik biasa dipanggil Ripin, seorang lansia yang telah berusia 71 Tahun. Namun semangatnya tak pernah pudar untuk terus mencari rupiah demi membiayai cucunya yang sekolah.

Nek Ripin setiap harinya mencari rupiah dengan berjualan kangkung dari kampung ke kampung. Ia mengambil kangkung dari pekarangan di dekat rumahnya yang merupakan sawah orang, setiap kali ia mengambil kangkung ia akan membayar dengan harga 5 ribu per 10 ikatnya. Nek Ripin pun berkeliling kampung menawarkan kangkungnya hanya dengan harga Rp.1000 per ikatnya. Sehingga setiap harinya Nek Ripin hanya mendapatkan upah Rp.5.000 atau Rp.10.000, tergantung dari berapa banyak yang ia mampu ia petik dan terjual.

Namun jangankan bisa membeli buku baru, tas baru atau sepatu baru untuk cucunya, hanya sekedar makan saja mereka sering menahan lapar. Sehingga Nek Ripin seringkali sedih melihat sang cucu yang memakai tas dan sepatu bekas yang diberikan oleh tetangganya untuk sekolah. Nek Ripin yang gigih tidak pantang menyerah, ia berusaha memenuhi kebutuhan harian dan menabung untuk sang cucu bisa sekolah. Sehingga ia kadang-kadang akan memungut rongsokan untuk mencari uang tambahan.

Nek Ripin hanya tinggal berdua dengan sang cucu yang saat ini masih SD. Namanya Bilal, sejak kecil ia sudah sebatang kara, ia ditinggalkan oleh kedua orangtuanya dan diserahkan secara sepenuhnya ke Nek Ripin. Ia pun merawat cucunya dengan baik dan ia terus berusaha agar sang cucu bisa menikmati masa sekolah seperti anak lainnya. Nek Ripin sangat berharap suatu saat Bilal menjadi orang yang sukses dan bisa membanggakannya, ia hanya ingin Bilal bisa belajar sampai perguruan tinggi.

Bilal juga sangat senang bisa bersekolah seperti teman-temannya, setiap hari ia berusaha belajar dengan baik. Ia sangat ingin membahagiakan sang nenek, ia ingin menjadi orang yang sukses dan bisa diandalkan oleh sang nenek suatu saat nanti.

Nek Ripin dan cucunya tinggal di sepetak rumah bekas peninggalan sang anak, rumah yang hanya sepetak itu sudah tidak layak huni lagi, atapnya sudah bocor. Setiap kali hujan mereka hanya berlindung di sudut untuk menghindari diri dari air yang terus merembes. Bahkan terlebih lagi saat hujan turun sampai malam mereka harus menumpang tidur di tetangga-tetangga yang mau menerima mereka.

OrangBaik, begitu berat perjuangan Sang Nenek yang berjuang untuk mencukupi kebutuhan harian dan membiayai sekolah sang cucu. Di masa tuanya yang usianya sudah mencapai 71 Tahun, ia tetap berkeliling kampung membawa jualannya untuk mencari rupiah demi sang cucu bisa sekolah. Yuk, OrangBaik, mari kita sama-sama ulurkan tangan untuk membantu perjuangan Nek Ripin dan sang cucu.

Salurkan sedekah terbaik dengan cara:

1. Klik tombol Donasi
2. Masukan nominal sedekah
3. Pilih metode pembayaran 
4. Selesaikan dengan lanjutkan pembayaran
5. Dapatkan update dan laporan program melalui email/whatsapp yang Sahabat cantumkan

Kantor Yayasan Amal Bakti Dunia Islam

Jl. Panji Tilar Negara 150A. Tanjung Karang Kota Mataram-Lombok, Nusa Tenggara Barat

Informasi & Konfirmasi Donasi

Whatsapp Center: 087864556406

Izin Lembaga Kesejahteraan Sosial

• AKTA PENDIRIAN yayasan Amal Bakti Dunia Islam Nusantara No. 27 tanggal 14 Agustus 2023
• Keputusan menteri hukum dan HAM RI. No. AHU-0019124. AH.01.12.TAHUN 2023 Tanggal 22 Agustus 2023
• Izin LKS  kota Mataram No. 527/015-LKS/2023 tanggal  18 Oktober 2023