Sharing Happiness
  • Donasi
  • Zakat
    • Zakat Penghasilan
    • Zakat Perdagangan
    • Zakat Emas
    • Zakat Simpanan
  • Infaq
  • Wakaf
Masuk atau Daftar
Pemberitahuan
  • Lihat semua
  • Lihat Semuanya
  • Lihat semua
Home
Donasi
Zakat
Infaq
Wakaf
Masuk
Pusat Bantuan
Tentang Kami
Kakek Penjual Kopi Yang Mengayuh Demi Hidup - 22997

Kakek Penjual Kopi Yang Mengayuh Demi Hidup

Rp 0
terkumpul dari target Rp 60.000.000
0% tercapai 82 hari lagi
Lentera Pijar Kebaikan
 Share DONASI
Bantu sebarkan via :
SHARES
  • Detail
  • Info Terbaru
  • Donatur
  • Fundraiser

Di sebuah kota yang tidak pernah benar-benar ia miliki, hiduplah seorang perantau bernama Abah Didi. Usianya sudah tidak muda lagi, 67 tahun rambutnya mulai memutih, dan langkahnya semakin pelan. Namun semangatnya bekerja tetap menyala seperti matahari pagi.

Abah Didi tinggal di sebuah mesjid, sebagai pendatang ia di beri kepercayaan menjadi barbot masjid, bukan sebagai tamu, tapi sebagai penjaga kebersihan.

Setiap subuh, sebelum adzan berkumandang, ia sudah bangun. Tangannya menggenggam sapu, membersihkan halaman mesjid, mengepel lantai yang dingin, merapikan sajadah dan sandal jemaah. Mesjid itu menjadi tempat tinggalnya, tempat tidurnya, dan saksi bisu dari perjuangan hidupnya.

Setelah pekerjaannya selesai, Abah Didi keluar membawa sepeda tuanya.

Di keranjang kecil di depan berisi kopi seduh , terdapat beberapa botol air mineral—dagangan satu-satunya yang ia punya. Ia mulai berjualan dari jam 7 pagi hingga malam, berkeliling dari pasar ke pinggir jalan, dari terminal ke lampu merah.

Kadang dagangannya laku, kadang sama sekali tidak. Kadang ia membawa pulang 20 ribu, kadang 30 ribu, kadang bahkan lebih sedikit dari itu. Tapi ia tidak pernah mengeluh. Tidak pernah menyalahkan keadaan. Karena ia tahu, rezeki datangnya dari Tuhan.

Di kampung, Abah Didi memiliki seorang istri yang selalu menantikan kabarnya.

Setiap malam, suara sang istri terdengar di telepon dengan nada cemas:


“Abah sehat? Sudah makan? Jangan terlalu capek ya, Bah…”


Abah Didi selalu menjawab pelan, “Iya, Bu… Abah baik. Doakan saja ya.”

Ia rindu pulang. Setiap hari ia menandai kalender, menunggu hari liburnya tiba.

Namun ia hanya bisa pulang sebulan sekali. Itu pun dengan seribu pertimbangan. Karena sering kali, sebelum tanggal itu tiba, ia harus menunda kembali.


Bukan karena ia tidak ingin pulang.

Bukan karena hatinya tidak rindu.


Tapi karena ia merasa belum punya cukup uang untuk dibawa pulang. Ia takut mengecewakan istrinya. Ia takut pulang dengan tangan kosong.

Setiap malam, sebelum tidur di sudut mesjid, Abah Didi selalu berdoa agar diberi kekuatan untuk bertahan di rantau ini. Ia juga punya sebuah impian kecil, impian yang selalu ia simpan dalam hati:


Ia ingin memiliki modal untuk membeli alat-alat praktis untuk membuat kopi.

Bukan mesin mahal—cukup alat sederhana: grinder kecil, pemanas air, dan peralatan manual brewing. Ia membayangkan suatu hari nanti bisa membuka usaha kopi kecil di pinggir jalan, tidak perlu lagi berkeliling kota dengan sepeda tua.


Ia membayangkan ada pelanggan yang duduk sambil berkata, “Kopi Abah enak, ya.”

Dan ia akan tersenyum bangga.


Suatu sore, setelah seharian panas dan sepi pembeli, Abah Didi duduk di tangga mesjid. Tangannya menggenggam uang pas-pasan hasil jerih payah hari itu. Pandangannya kosong, tapi hatinya tetap penuh syukur.


“Alhamdulillah… walau sedikit, masih bisa buat makan…” gumamnya.


Ia menatap langit senja yang berubah jingga. Hatinya bergetar pelan.

“Ya Allah… kalau boleh, mudahkan jalan Abah. Abah cuma ingin beli alat-alat kopi, supaya Abah bisa punya usaha sendiri… dan bisa pulang lebih sering kepada istri Abah.”


Doa itu mungkin sederhana, tapi keluar dari hati yang penuh keikhlasan.


Dan Tuhan selalu mendengar doa orang yang berjuang dalam diam.






Disclaimer: dana yang terkumpul akan di gunakan oleh Abah Didi untuk kebutuhan sehari-hari,modal usaha,dan untuk mendukung penerima manfaat lainya di bawah naungan YAYASAN LENTERA PIJAR KEBAIKAN.








Disclaimer : SharingHappiness.org tidak mewakili dan tidak bertanggung jawab atas segala bentuk informasi pada halaman campaign ini, karena informasi di atas sepenuhnya milik campaigner (penggalang dana).
Campaign ini belum memiliki info terbaru
Campaign ini belum memiliki Donatur

DONASI SEKARANG
Galang Dana sebagai Fundraiser

Jadi Fundraiser

Kakek Penjual Kopi Yang Mengayuh Demi Hidup

Kp.nengkelan, Rt 009/rw008, Desa. Sukamantri, Kec. Paseh
Lentera Pijar Kebaikan
Rp 0
terkumpul dari target Rp 60.000.000
0% tercapai 82 hari lagi
Bantu sebarkan via :
SHARES
Bantu campaign ini dengan menjadi Fundraiser
Jadi Fundraiser
Campaign ini mencurigakan? Laporkan
Mau galang dana online seperti ini? Gratis!
Embed Code
<iframe src="https://email.sharinghappiness.org/embed/lpkbantuabahdidi" frameborder="0" width="100%" height="300"> </iframe>

Selamat campaignmu sudah live dan siap menerima donasi

Ajak teman dan keluarga untuk berdonasi dengan membagikan link dibawah ini

Copy

atau share via

facebook whatsapp

SharingHappiness.org

  • Syarat & Ketentuan
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Tim Kami

Donasi

  • Cara Donasi
  • FAQ

Program

  • Galang Dana
  • Campaign
  • Zakat

Yayasan Berbagi Bahagia

Jl. Jati Indah V No. 5 RT 10 RW 11
Kel. Gumuruh, Kec. Batununggal,
Kota Bandung, Jawa Barat 40275

SH Logo
© 2015-2025, Sharing Happiness All Reserved