
Goesan Sunyi Penjual Timun
terkumpul dari target Rp 60.000.000
Setiap pagi, Abah Edih mengayuh sepeda tuanya dengan perlahan. Di keranjang belakang sepedanya, beberapa ikat timun tertata sederhana, menjadi harapannya untuk mendapat rezeki hari itu. Usianya sudah 62 tahun, tubuhnya mulai ringkih, dan matanya pun tak lagi setajam dulu. Kadang pandangannya kabur saat melihat jalan, membuat langkahnya sering ragu dan harus berhati-hati agar tidak menabrak sesuatu.
Abah Edih adalah seorang kakek sebatang kara. Tak ada lagi keluarga yang menemaninya, hari-harinya diisi dengan berjualan timun keliling dari kampung ke kampung. Meski hanya timun yang ia jajakan, ia tetap berusaha ramah kepada siapa pun yang ia temui, sambil menawarkan dagangannya dengan suara lirih.
Timun yang ia jual itu di dapatkan nya dari pertanian langsung kadang ia langsung membeli atau ia mengutang dahulu untuk ia jual kembali.
Setiap hari, penghasilan yang ia bawa pulang tak lebih dari 15 ribu sampai 20 ribu rupiah. Jumlah yang sangat kecil, bahkan sering tak cukup untuk kebutuhan sehari-hari. Namun Abah Edih tetap bersyukur, karena baginya bisa makan sehari sekali saja sudah menjadi rezeki yang besar.
Di balik wajah tuanya yang keriput, tersimpan keteguhan hati yang luar biasa, dan juga ia mempunyai harapan agar ia memiliki modal usaha,dan ia selalu di berikan kesehatan.
Ia tak pernah menyerah meski hidupnya sederhana dan penuh keterbatasan. Sepeda tuanya, timun yang ia bawa, serta semangatnya yang tak pernah padam, menjadi saksi perjuangan seorang kakek yang masih berusaha bertahan di sisa usianya, meski seorang diri.
Disclaimer: dana yang terkumpul akan digunakan oleh abah edih untuk kebutuhan sehari hari, modal usaha, dan untuk mendukung penerima manfaat lainnya dibawah naungan YAYASAN LENTERA PIJAR KEBAIKAN.

Goesan Sunyi Penjual Timun
terkumpul dari target Rp 60.000.000