
Langkah Tua Di Balik Wajan Pindang
terkumpul dari target Rp 60.000.000
Setiap pagi, sebelum matahari muncul di ufuk timur, seorang kakek bernama Abah Rohendi sudah bersiap dengan dagangannya — pindang ikan mas yang ia masak sendiri dengan bumbu sederhana di dapur kontrakannya yang sempit.
Usianya kini sudah 68 tahun, tubuhnya mulai ringkih, dan langkahnya kian pelan. Namun, semangatnya untuk mencari nafkah tak pernah padam, meski ia hidup sebatang kara tanpa sanak keluarga yang menemani.
Setiap hari Abah Rohendi berjalan kaki menyusuri gang demi gang, menawarkan pindangnya kepada orang-orang yang lewat. Kadang dagangannya cepat habis, tapi sering pula ia harus membawa pulang sebagian karena tak ada yang membeli.
Dengan penghasilan yang tak seberapa hanya 15 sampai 20 ribu bersih nya, ia tetap bersyukur bisa makan hari itu. Namun, di balik senyumnya yang sabar, tersimpan harapan yang tulus — ia ingin memiliki sedikit modal usaha, agar bisa berjualan tetap di satu tempat, di pasar, tanpa harus berkeliling jauh yang membuat kakinya sering bengkak dan lututnya terasa nyeri.
Abah tahu, tubuhnya tak lagi sekuat dulu. Ia tak lagi mampu berjalan jauh menentang panas dan hujan seperti waktu muda.
Karena itu, harapan terbesarnya kini sederhana — bisa berjualan di pasar atau mendapatkan tempat jompo yang layak, di mana ia tak perlu lagi memikul beban berat seorang diri. Ia hanya ingin melewati sisa hidupnya dengan tenang, tetap bermanfaat, dan tidak merepotkan orang lain.
Di balik tubuh tuanya yang rapuh, tersimpan kisah keteguhan dan doa yang tak pernah berhenti: semoga masih ada tangan-tangan baik yang mau membantu, agar Abah Rohendi bisa menikmati masa tuanya dengan sedikit rasa lega dan bahagia.
Disclaimer: dana yang terkumpul akan di gunakan oleh abah rohendi untuk kebutuhan sehari-hari,modal usaha,dan untuk mendukung penerima manfaat lainya di bawah naungan YAYASAN LENTERA PIJAR KEBAIKAN.

Langkah Tua Di Balik Wajan Pindang
terkumpul dari target Rp 60.000.000