Di usia yang sudah senja, 85 tahun bukanlah angka yang mudah. Namun setiap pagi, Abah Uci tetap menyampirkan kantong plastik berisi beberapa layang-layang di bahunya. Langkahnya pelan tapi penuh harap, menyusuri gang-gang kecil di kota tempat ia kini tinggal bersama anaknya.

Dulu, Abah hidup di kampung bersama istrinya tercinta. Mereka menghabiskan hari dengan tawa dan cerita sederhana. Namun ketika istrinya meninggal, seakan separuh napas Abah ikut pergi. Asma yang sejak muda ia derita kini sering kambuh, terlebih ketika udara dingin datang tanpa permisi.

Abah Uci menjual layang-layang yang ia dapat dari orang lain. Ia bukan pemilik usaha itu. Jika layangan terjual, ia akan menyetorkan sebagian. Jika tidak terjual… Abah pulang dengan tangan kosong. Penghasilannya hanya sekitar sepuluh ribu rupiah sehari. Bahkan ada hari-hari saat ia tidak mendapatkan sepeser pun.

Dan musim adalah lawan terbesarnya. Ketika angin tidak bersahabat, siapa yang mau membeli layang-layang?

Namun Abah tidak pernah mengeluh. Ia masih percaya bahwa satu hari nanti, ia bisa memiliki modal membuka warung kecil. “Biar bisa mandiri… biar tidak tergantung orang,” katanya lirih sambil mengusap dadanya yang sesak.

Setiap kali ia melihat anak-anak berlari di lapangan, menarik benang layang-layang dengan senyum lebar, Abah tersenyum sendiri. Dalam benaknya, ia membayangkan istrinya yang dulu selalu menyiapkan teh hangat ketika ia pulang dengan langkah lelah.

Kini, ia hanya pulang ke rumah anaknya yang sederhana. Anak itu selalu menyambutnya dengan perhatian, namun Abah tahu ia tidak ingin membebani siapa pun.

Di setiap langkah, Abah membawa doa yang tak pernah ia ucapkan keras-keras:

“Ya Allah, beri aku sedikit saja rezeki untuk hidup dengan tenang di sisa usia ini.”

Dan saat angin sore mulai berhembus, ia memandang layang-layang yang beterbangan di langit — layaknya harapan Abah yang walaupun rapuh, tetap ingin terbang tinggi. Karena selama ia masih mampu melangkah, Abah Uci akan terus berjuang. Bukan demi kekayaan, bukan pula demi pujian…

melainkan agar ia tetap bisa merasa berguna di dunia yang perlahan mulai meninggalkannya.

Disclaimer: dana yang terkumpul akan di gunakan oleh Abah Uci untuk kebutuhan sehari-hari,modal usaha,dan untuk mendukung penerima manfaat lainya di bawah naungan YAYASAN LENTERA PIJAR KEBAIKAN.