
Lansia Sebatangkara Bertubi-tubi Ditimpa Kesulitan
terkumpul dari target Rp 75.000.000
Mak Asiah (82), hidup sendiri dengan penyakit kulit sejak lahir. Matanya kini menyatu dengan kulit, penglihatannya pun nyaris hilang…
Sejak lahir, Mak Asiah sudah mengidap penyakit kulit langka bernama ersipelas. Awalnya hanya berupa sisik di kulit, tapi seiring bertambahnya usia, kondisinya makin parah. Kulitnya kering, gatal, terasa panas, dan kini bahkan mata Mak Asiah tak bisa berkedip. Bola matanya menyatu dengan kulit kelopak hingga nyaris tak berfungsi.
Selama hidupnya, ia belum pernah benar-benar berobat. Mak Asiah tak sanggup membayar ongkos ke puskesmas atau rumah sakit yang jaraknya sangat jauh. Untuk makan sehari-hari saja, sering harus mengandalkan bantuan tetangga.
Mak Asiah hidup sebatang kara. Saudara-saudaranya sudah meninggal. Ia pun belum pernah menikah.
“Siapa yang mau dengan Emak begini? Kalaupun ada yang mau, Emak gak mau terima, Emak takut penyakit ini menurun ke anak Emak, cukup Emak aja yang rasakan semua pedihnya..” Katanya.
Satu-satunya teman yang menemaninya setiap hari adalah radio kecil peninggalan lama. Sudah hampir rusak, suaranya sering sember, tapi hanya itu yang bisa mengusir sepi di rumah reyotnya.
Di usia senja, ia hanya tinggal di rumah kecil yang tak layak. Atapnya bocor, sarang laba-laba menempel di setiap sudut. Kasurnya sudah keras dan lepek, sementara bantalnya dibungkus plastik karung bekas karena tak mampu membeli sarung bantal yang layak.
***
Ada pula kisah yang bikin hati terenyuh, seorang lansia renta yang terus berjuang meski sakit dan tak mampu berobat…
Mak Emun, nenek berusia 91 tahun, tinggal bersama anaknya yang mengalami gangguan jiwa dan depresi berat setelah ditinggal suaminya.
Meski tubuhnya sudah lemah, Mak Emun tetap bekerja membuat sapu lidi dari daun kelapa sawit tak terpakai. Dalam sehari, jika daun tersedia, ia bisa menghasilkan sekitar 24 ikat. Tapi, satu ikat hanya dihargai 1.200 rupiah oleh pengepul, tak sebanding dengan tenaga yang terkuras.
Untuk berjalan saja kini Mak harus tertatih, kakinya rapuh dimakan usia. Tangannya pun sering gatal karena terlalu lama bersentuhan dengan limbah daun dan panas matahari. Namun, Mak Emun tak bisa membeli obat atau salep. Jika ada uang lebih pun, ia lebih memilih membeli beras daripada mengobati diri.
Bahkan untuk buang air pun Mak harus ke sungai yang jaraknya sangat jauh, karena rumahnya tak memiliki WC. Makan pun tak selalu bisa, sering kali hanya nasi dan garam, atau kerupuk seadanya yang dibagi dengan sang anak.
***
Ada pula lansia yang masa tuanya hanya ditemani oleh radio kecil yang nyaris rusak…
Abah Japar, 76 tahun, menjalani hari-harinya sendirian. Di usia senjanya, ia tetap memaksakan tubuh bongkoknya menyusuri jalan demi mengumpulkan rongsokan. Bukan karena kuat, tapi karena jika tidak bekerja beliau tak bisa bertahan hidup.
“Bukan nggak mau istirahat, Den. Pengen mah pengen, badan juga udah nggak kuat. Tapi kalau di rumah, Abah cuma sendirian... sepi. Kalau di jalan, Abah seneng lihat orang-orang sibuk.. Kalau dirumah aja juga, Abah nggak bisa makan minum..” ucapnya.
Tubuhnya yang membungkuk membuatnya sering tersandung dan nyaris tertabrak kendaraan karena sulit melihat ke depan saat berjalan. Bahayanya bukan main, tapi Abah tak punya pilihan lain.
Dalam seminggu, penghasilan dari menjual rongsok hanya sekitar 20 ribu rupiah. Jumlah itu bahkan tak cukup untuk makan layak.
“20 ribu itu Abah hemat-hemat supaya cukup buat seminggu ke depan. Lapar… tapi mau gimana lagi, Den?” ucapnya dengan mata berkaca-kaca.
Abah hidup sebatang kara. Istrinya meninggalkannya karena masalah ekonomi, dan ia tak dikaruniai anak. Kini, ia tinggal di gubuk kecil berukuran 2x2 meter, yang dibuatkan oleh tetangganya.
***
#TemanKebaikan, Kalau kita bisa dengan mudahnya bermimpi jadi ini dan itu, merancang masa depan penuh harapan, lain halnya dengan mereka.. Bagi sebagian lansia, makan sehari sekali tanpa harus berusaha keras pun sudah jadi pencapaian terbesar dalam hidupnya. Karena itu, yuk bantu mereka bisa hidup lebih layak di masa senjanya.
Halo #TemanKebaikan !
Lihat dan rasakan kebaikan dari kamu yang #BeneranBerdampak untuk semua di link berikut ini ya:)
https://sajiwafoundation.org/publications/sajiwa-news
Mengapa Sajiwa Foundation?
1. Pendampingan yang dilakukan merupakan bentuk Integrasi Kebutuhan Material dan Non Material
2. Memiliki Objektif pendampingan SMART (Specific, Measurable, Achievable, Relevant, Time-Bound) yang disusun berdasarkan asesmen kebutuhan penerima manfaat.
3. Dijalankan dengan prinsip pertemanan yang menyenangkan.
4. Sajiwa Foundation terdaftar dan diawasi oleh Kemenkumham, Dinsos Kota Bandung dan Dinsos Jawa Barat.
5. Setiap bulan Sajiwa Foundation melaporkan Aktivitas Program dan Laporan Keuangan bulanan di laman website.
https://sajiwafoundation.org/
Jl. Atlas Raya No.21, Babakan Surabaya, Kec. Kiaracondong, Kota Bandung, Jawa Barat 40281
02220504715
Hubungi kami jika kamu ingin berkolaborasi lebih lanjut ke nomor resmi ini ya :)
085174166464

Lansia Sebatangkara Bertubi-tubi Ditimpa Kesulitan
terkumpul dari target Rp 75.000.000