Story Mbah Miyarjo

Mbah Miyarjo (80 tahun) harus berjuang menghidupi kebutuhan hidupnya dengan membuat biting (penyemat daun pembungkus tempe) untuk dijual. Mbah biasanya membuat biting jika ada pesanan dan hanya mendapat bayaran 10 sampai 20 ribu saja.

Mbah hidup sendiri, anak-anak mbah sudah menikah dan mbah tidak ingin menyusahkan mereka dengan keadaan ekonomi yang serba kekurangan. Mbah juga bilang sering nahan sakit dibagian punggung nya ketika membuat biting berjam-jam.

Mbah memiliki impian untuk membuat tempe buatan sendiri untuk dijual agar memiliki penghasilan yang lebih baik dari sekedar menjual biting. Sedihnya, untuk makan dan hidup sehari - hari pun mbah masih sering kesulitan apalagi untuk modal usaha yang ia harapkan itu.

Story Mbah Mijem

Setiap pagi hingga sore Mbah Mijem (73) jalan tergopoh-gopoh menyusuri setiap tempat untuk mengumpulkan botol rongsok dan kardus bekas. Miris, alas kakinya pun sudah tidak layak pakai karena hanya punya sepasang sandal.

Jadi, mbah sering memulung tanpa alas, Penghasilan dari jual hasil rongsok juga tidak tentu, hanya 20 ribu itu pun harus ia gunakan untuk berhari – hari.

Mbah Mijem sering mengalami sakit badan karena punya sakit asam urat yang sering kumat. Jika tak mencari rongsokan, Mbah Mijem tak punya penghasilan untuk makan.

Sejak suaminya meninggal dunia, Mbah Mijem tinggal sendiri di rumah tak layak huni. Terlihat beberapa bagian sudah rapuh dan usang. Bahkan Mbah masih menggunakan tungku sebagai kompor untuk memasak.

Di dalam rumahnya pun tak banyak perabotan yang bisa pakai. Bajunya hanya ada beberapa dan tidak pernah beli baju baru karena untuk makan saja sudah sulit untuk mbah.

“Mau punya usaha warung biar mbah punya penghasilan untuk makan dan nggak perlu jalan jauh lagi ndok”

#TemanBaik yuk temani perjuangan Mbah Mijem, Mbah Miyarjo dan lansia dhuafa lain yang sedang bertahan hidup dalam kondisi ekonomi sulit dan hidup sebatang kara dengan bantuan modal usaha dan santunan lainnya.