Tunanetra Sebatang Kara Nomaden Pikul 50 Kg Pisang!

Abah Isna seorang lansia yang sudah berusia 61 tahun. Tak bisa melihat namun tetap berjuang keras sebagai penjual pisang yang di ambilnya dari pasar. Berkeliling sekitar Sentul Bogor dari pagi hingga menjelang maghrib sembari membawa tongkat sebagai alat bantunya dan memikul beban seberat 50 kg. 

Sudah lama orang tuanya meninggal dunia, sehingga kini Abah hidup sebatang kara. Ia pun tak pernah menikah sehingga tidak memiliki anak. 

Tak memiliki tempat tinggal yang tetap sehingga seringkali Abah tidur berpindah-pindah di rumah warga terdekatnya atau bahkan di pinggir jalan yang hanya bermodalkan tikar seadanya serta bantal pemberian orang. 

“Abah suka malu sebenernya kalo nginep di rumah orang gini, ga enak karena warga yang nampung Abah juga orang yang kekurangan..” lirihnya 

Setiap hari Abah harus merasakan panasnya terik matahari di siang hari, belum lagi lelahnya berkeliling jualan hingga hampir 10 jam, selama itu Abah hanya berbekal air putih saja untuk mengganjal perutnya.

“Kalau udah lapar banget dan ngerasa lemes biasanya Abah suka makan pisang dagangan Abah neng..” ucapnya 

Banyak sekali kesedihan yang sudah Abah rasakan selama berjualan di jalanan. Tapi bagi Abah hal yang selalu membuatnya merasa putus asa ketika seringkali jatuh di jalan, hingga pisang yang Abah panggul pun ikut berserakan. 

“Sedih kadang orang di jalanan sering nganggap Abah kaya pedagang biasa yang bisa liat, sampe pernah pas jatuh gak ada yang bantuin sama sekali.. Padahal Abah butuh banget yang bantuin masukin pisang ke keranjang lagi.. Soalnya Abah gatau persis dimana posisi pisangnya jatuh, jadi biasanya abah suka ngeraba jalanan buat nyari pisangnya, sambil berharap ga ada satupun pisang yang kelewat..” lirihnya sembari meteskan air mata 

TemanKebaikan bantu beri kebahagiaan untuk Abah Isna di masa tuanya yuk! Dengan memiliki usaha warung agar Abah lebih merasa aman dan nyaman.