
Langkah Lelah Lansia Bergantung Pada Seporsi Bubur
terkumpul dari target Rp 100.000.000
Di usia yang tak lagi muda, Pak Sugeng, seorang lansia produktif, masih harus berjuang keras setiap hari demi menyambung hidup. Dengan tubuh renta, beliau mendorong sepedanya sejauh lebih dari 10 kilometer untuk berjualan bubur sumsum di depan rumah sakit—lokasi yang masih ia harapkan memberi rezeki.
Namun kenyataan tak semudah harapan.
Perjuangan Pahit Seorang Lansia Pekerja Keras
Setiap hari, kehidupan Pak Sugeng dimulai sejak jam 1 dini hari, saat kebanyakan orang masih terlelap. Beliau harus mengaduk adonan bubur sumsum—bubur asli buatan sendiri—hingga menjelang subuh. Setelah itu, dengan sisa tenaga, Pak Sugeng mempersiapkan dagangannya lalu berangkat jam 6 pagi, menuntun sepeda tuanya menuju tempat berjualan.
Istri yang sudah tidak mampu banyak membantu
Istrinya, yang sudah lemah dan sakit-sakitan, hanya dapat membantu semampunya. Terkadang, hanya duduk di sudut dapur sambil melipat tangan. Semua beban utama kini ada di punggung Pak Sugeng.
Bubur sering tidak laku—akhirnya terbuang sia-sia, usaha yang dimulai sejak dini hari sering kali berakhir pahit. Dagangannya tidak laku, dan bubur sumsum yang seharusnya menjadi penghasilan, justru harus dibuang.
Hari itu berarti rugi total.
Sering kalah rebutan tempat jualan karena hanya mengandalkan sepeda, Pak Sugeng sering kalah cepat berebut tempat strategis dengan pedagang lain yang memakai motor. Tempat itu sangat menentukan pendapatan—namun ia tak mampu bersaing.
Akhirnya ia harus pindah ke lokasi yang sepi, membuat penghasilannya semakin tak menentu.
#TemanBerbagi, Tidak ada penghasilan tetap saat buburnya terjual sedikit, Pak Sugeng hanya mendapat beberapa ribu rupiah. Jika tidak laku, mereka harus menahan lapar dan mencari cara agar tetap bertahan satu hari lagi. Maka dari itu mari kita bantu Mbah Sugeng dan Sang Istri agar bisa bertahan.
Langkah Lelah Lansia Bergantung Pada Seporsi Bubur
terkumpul dari target Rp 100.000.000
